Praktik ilmu
pengobatan dalam dunia medis terus
berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Setiap dokter berupaya
untuk memperoleh ilmu pengetahuan lebih banyak dan menyempurnakan keterampilan
dalam mempraktikkan ilmu tersebut.
Namun, setiap teori, terobosan dan penemuan tentunya punya pucuk pangkal
atau asal muasal masing-masing. Beberapa merupakan konsep luar biasa yang
mungkin tak terpikirkan masyarakat modern dan beberapa lainnya terbentuk karena
ketidaksengajaan.
Berikut 7 Awal Mula Praktek ilmu Pengobatan yang hingga kini dijadikan kiblat di
dunia kedokteran.
Pada Abad Pertengahan,
operasi dilakukan oleh tukang cukur rambut, bukan dengan seorang ahli bedah
layaknya di era modern.
Ini dikarenakan pada saat
itu operasi dipandang lebih sebagai seni kerajinan tangan, buka sebuah profesi
di mana nyawa seseorang dipertaruhkan.
Tidak hanya
melakukan operasi saja, pencukur rambut juga melakukan sejumlah hal lainnya
seperti pencabutan gigi, amputasi, penjualan obat-obatan dan tentunya, mencukur
rambut seseorang.
Warna merah dan putih pada
tiang di setiap tempat cukur menyimbolkan kain serbet putih yang ternodai oleh
darah. Hingga kini, tiang dengan warna yang penuh makna tersebut masih
digunakan tukang cukur rambut di seluruh dunia.
Kedua profesi
akhirnya digabungkan pada tahun 1540 oleh King George II menjadi United
Barber-Surgeons Company.
Pada tahun 1745 sebuah
sekolah khusus bedah dibuka di kota London, Inggris. Ini menandakan sebuah
keharusan untuk mengemban ilmu bedah terlebih dahulu sebelum menjadi ahli
bedah dan menjalankan operasi.
Pada tahun 1647 silam,
seorang dokter berkebangsaan Inggris, Thomas Willis menjadi sosok pertama di
dunia medis yang mampu membedakan seseorang yang sedang sakit diabetes dan yang
tidak. Caranya sangat unik: mencicipi urine setiap pasiennya.
Menurutnya, seseorang yang terserang penyakit diabetes urinnya terasa
manis saat dicicipi. Kendatipun terdengar menjijikan bagi banyak orang, metode
ini terbukti sangat berkontribusi besar dalam upaya memahami penyakit diabetes.
Willis juga menulis sejumlah buku yang mana isinya fokus pada hubungan penyakit
diabetes dan depresi.
Seorang
dokter asal Austria, Leopold von Auenbrugger menciptakan sebuah metode pada
tahun 1754 yang dinamakan methods of
percussion atau metode perkusi. Metode ini digunakan untuk mendeteksi
apabila ada cairan berlebihan di dalam tubuh seseorang seperti pneumonia dalam
paru-paru.
Metode
perkusi ini dilakukan dengan cara menepuk beberapa bagian tubuh seseorang
dengan menggunakan jari.
Leopold mencontoh ayahnya
yang kerap kali ditemukan tengah menepuk barel wine dengan jarinya untuk
mengetahui ada tidaknya dan sebanyak apa cairan minuman di dalam setiap barel.
Metode yang dinamakan inventum novum ini terus digunakan
hingga sekarang dan dijadikan bahan dasar pembelajaran medis.
Sirkulasi peredaran darah
dan tekanannya sudah dipelajari selama berabad-abad. Pada tahun 1628, seorang
dokter bernama William Harvey merilis sebuah buku berjudul Exercitatio Anatomica de Motu Cordis et
Sanguinis in Animalibus atau pergerakan jantung dan darah dalam tubuh
hewan.
Buku tersebut kemudian
dijadikan pedoman untuk memahami sistem peredaran darah dalam tubuh mahluk
hidup.
Pada tahun
1881, Samuel Siegfried Karl Ritter von Basch menciptakan alat untuk memonitor
tekanan darah pertama kali yang dinamakan sphygmomanometer.
Ia mempelajari ilmu yang
disodorkan Stephen Hales sebelumnya pada tahun 1733 silam untuk memahami
jantung dan tekanan darah.
Pada tahun 1905, seorang
dokter bernama Nikolai Korotkoff menyempurnakan ciptaan Samuel dengan
penemuannya akan perbedaan antara tekanan darah sistolik dan distolik.
Ia telah melahirkan ide
penggunaan cuff atau kain
lengan baju tambahan untuk diikatkan di sekitar lengan saat menggunakan sphygmomanometer. Dengan adanya cuff, Korotkoff bisa mendengarkan lebih
jelas suara pergerakan darah dalam tubuh.
Seorang dokter asal
Prancis, Rene Theophile Hyacinthe Laennec menciptakan sebuah perangkat medis
untuk memeriksa suara dalam tubuh yang dinamakan stetoskop.
Instrumen yang diciptakan
pada tahun 1816 ini digunakan untuk mendengar suara jantung, pernapasan dan
juga aliran darah dalam arteri.
Konon katanya
Rene menciptakan stetoskop agar ia tidak harus menempelkan kupingnya pada dada
seorang terutama wanita setiap dirinya melakukan pengecekan pada detak jantung.
Pembuatan stetoskop
didasari inspirasi yang ia dapat saat mengamati dua anak yang sedang bermain di
halaman.
Kedua anak menggunakan
tabung kosong yang terbuat dari kayu untuk mendengarkan suara lebih jelas.
Rene kemudian menyadari
bahwa hal tersebut bisa diaplikasikan dalam dunia medis. Bagian dari stetoskop
yang ditempelkan ke dada seseorang mampu membuat suara organ dalam tubuh
seseorang menjadi lebih jelas untuk didengar.
Seorang ahli biologi
berkebangsaan Austria, Karl Landsteiner adalah sosok di balik penggolongan
darah menjadi A, B dan O. Sebelumnya, semua orang dibingungkan dengan kasus
kegagalan transfusi darah. Penggolongan darah yang diciptakan Karl pada awal
tahun 1900-an merupakan sebuah terobosan yang membantu menyukseskan setiap
upaya penyaluran darah atau transfusi.
Caranya mengetahui dan
membedakan berbagai jenis darah beserta kecocokannya adalah dengan mencampurkan
sel darah merah dengan serum dari setiap staf-nya. Ia kemudian menunjukan bahwa
beberapa serum menempel pada sel darah merah dan hal tersebut membuktikan bahwa
beberapa jenis darah bisa menyatu dengan lainnya.
penyakit kanker terus
menghantui umat manusia hingga era modern. Sebagian besar pengidap kanker
menjalani perawatan yang kita kenal sebagai kemoterapi.
Seorang ahli imunologi
berkebangsaan Jerman, Paul Ehrlich merupakan pencipta dari ilmu kemoterapi ini.
Pada era awal tahun
1900-an, Paul memusatkan perhatiannya pada ilmu kekebalan tubuh di mana ia juga
mencari cara untuk melawan penyakit yang menular dengan menggunakan obat.
Ia bercita-cita menemukan
sesuatu yang dapat membunuh bibit-bibit penyakit dalam tubuh manusia tanpa
merusak jaringan tubuh yang ada. Ia berkeyakinan bahwa bibit penyakit hanya
menyerap zat warna kimia tertentu; dan apabila menyerap zat kimia tertentu yang
lain, bibit penyakit itu akan mati. Pengobatan dengan zat kimia itulah yang
kemudian dikenal sebagai kemoterapi.
No comments